Kamis, 08 Maret 2018

Lihat Pusat Kerajinan Alkohol di Bekonang


Lihat Pusat Kerajinan Alkohol di Bekonang

Sabar, seperti yang biasa dikatakannya mengatakan minuman dengan 30 persen bahan alkohol biasanya disebut ciu. Saat itu, orang
Tidak mengerti bahwa ciu bisa diproses ulang untuk menghasilkan alkohol. Meski itu terjadi berabad-abad, arahnya
Sidang Bekonang ciu nampaknya semakin sulit untuk bertahan. Ciu Bekonang yang dianggap anggota alkohol
Minuman yang mengalami cukup ketat dalam hal pengawasan pada akhirnya harus diinjeksikan ke biaya bahan baku yang tinggi dan
Keruwetan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, ciu tidak lagi diizinkan untuk diproduksi di dalam desa ini. Pengrajin adalah
diizinkan untuk membuat alkohol atau etanol, tapi dilarang untuk mendapatkan ciu. Artinya, ciu itu setelah puas dengan penduduk Desa Bekonang
Kini dianggap produk terlarang dibuat dan dipasarkan. Pemerintah membantu dengan menyediakan satu komponen alat. Alat ini
memperlakukan ciu ke alkohol untuk keperluan medis. Karena tidak memungkinkan 1 orang untuk memiliki alat tunggal, para perajin sudah putus
ke beberapa kelas Dengan demikian, hubungan perusahaan ada antara amatir ciu di Desa Bekonang yang memiliki perusahaan besar di
bidang farmasi Baru harapkan dari limbah sampah Namun, kerja sama tidak berlangsung lama. Hanya sekitar tiga tahun karena
pajak mahal saat itu. Para pengrajin, mencari target pasar masing-masing untuk mendistribusikan alkohol. Sedangkan ciu di
peraturan Perpres No. 74 tahun 2013 memasukkan kategori minuman beralkohol C yang menggunakan kandungan alkohol 20% sampai 55 persen.
Untuk dapat membuat, mendistribusikan dan berdagang, ada lisensi unik yang ketua asosiasi disebut lebih kompleks dan
mahal "Dulu ada dari perguruan tinggi, tapi dari fase komunikasi, tapi tidak ada kelanjutannya, mungkin memang begitu
Sudah memperhitungkan nilai ekonomisnya tidak ada, "kata Sabariyono. Dari sekitar 30 Pelatih yang tersisa, dalam sehari sebuah
pengrajin biasa bisa mengantarkan 15 sampai 50 galon alkohol. Artinya pada 1 siang, produksi alkohol di Bekonang
Desa bisa mencapai 1.500 liter. "Kata ciunik dipilih dalam kata ciu dan limbah alami," kata Kepala Desa Bekonang
Joko Tanyono. Memasuki desa ini, pemandangan khas seperti hamparan sawah yang sangat luas, subur, dan hijau lurus
menyergap dan menenangkan jiwa Anda. Desa ini tampil indah dan damai. Orang-orangnya sangat ramah. Tapi siapa sangka
Desa ini ternyata menjadi tempat produksi ciu? "Kami juga telah mempromosikan cairannya, jadi sampah bisa bermanfaat bagi masyarakat,
"kata Joko Berbicara tentang ciu, nama Bekonang akan terlihat dan terasa terhubung dengannya. Embrio pertumbuhan alkohol di desa ini adalah
tidak lepas dari dampak budaya penyerbu. "Dari prosedur perhitungan, turunnya harga bioetanol adalah
jauh lebih mahal dibanding atasan, tentunya orang lebih memilih unggul dibanding bioetanol, "jelas Sabariyono." Petani
jangan gunakan pupuk kimia. Pupuk yang tidak diserap bisa merusak tanah sehingga memperbaiki konstruksi yang digunakan ciunik ini, "katanya
menjelaskan. Judul ciunik, kata Joko, diberikan langsung oleh Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya. Limbah yang terasa sangat terasa
Yang mengganggu sekarang sebenarnya bisa dimanfaatkan petani melintasi Sukoharjo. "Menyebarkan ciu benar ke alkohol sudah selesai di sana
teknologi maju, "kata Sabar. Sesuai dengan Sabariyono, pada semua negara kesulitan akhirnya menghasilkan pengrajin ciu
di Bekonang akhirnya menyambut gagasan ?? Beralih minuman beralkohol menjadi etanol murni yang siap diproses ulang
energi dan fungsi farmasi. Sambil menunggu kepastian dan keseriusan pemerintah dalam mendorong pengangkutan ciu
untuk gas terbarukan Orang-orang Bekonang tidak menyukai mereka. Sejak tahun 2014, orang-orang Bekonang mulai menggunakan limbahnya
tebu dan juga ciu untuk membuat pupuk yang bermanfaat bagi kepentingan seluruh dunia pertanian bersama dengan
nama ciunik Penyulingan ciu untuk berkembang menjadi etil alkohol murni membutuhkan keahlian khusus. Sabariyono berkata, saat dia a
Anak muda, ada seseorang di desa bernama Suwandi Bekonang yang memiliki kemampuan dalam proses penyulingan. Sayangnya,
Kemampuan tidak dikirim ke pengrajin yang berbeda. Pengalihan ciptaan Bekonang ciu menjadi biodegradable telah berubah menjadi penelitian
wacana sejumlah perguruan tinggi akademis. Namun, tiba-tiba hal itu tidak terjadi. Saat ini, situs manufaktur
Ciunik berisi tujuh tangki pengolahan limbah. 1 tangki bisa menampung lima sampah. Dari masyarakat lima liter ciunik
Pupuk kemasan biasanya dijual seharga Rp200 ribu. "Dia juga menjadi orang terkaya di desa ini saat itu. Suwandi
lalu pindah ke kota dan meninggalkan individu Desa Bekonang yang saat itu tidak mengerti teknologi pengolahan ciu
untuk alkohol, "kata Sabariyono. Ambil alkohol menjadi bioetanol Sabariyono terungkap, sepuluh tahun yang lalu di Desa Bekonang ini ada
sekitar 70 pengrajin yang biasanya berada di Dukuh Sentul. Tapi sekarang jumlahnya berkurang hampir 50 persen menjadi hanya sekitar
35 orang yang tinggal sendirian. Sebab, harga bahan baku naik hampir seratus persen, begitu banyak pengrajin yang tak berdaya
biaya produksi dan memilih keluar dari bisnis. Hasil sistem pengolahan tebu yang digunakan sebagai ciu adalah bioetanol
Dengan kebutuhan kandungan alkohol mencapai 99,5 persen. Ciu berikut diproses dalam alat khusus untuk menjadi bioetanol.
Sejak era Orde Baru, perajin ciu di Desa Bekonang menyumbang pengurangan alkohol (ciu) ke Koperasi Unit Desa (KUD).
Tambahan sebuah perusahaan farmasi bernama PT Indo Acidatama Chemical Industry membeli cuu untuk kemudian diproses menjadi alkohol
tujuan klinis. Gagasan pentingnya mendukung transisi ciu ke alkohol murni diperkuat di awal
1970-an. Melalui program tertentu, pemerintah Orde Baru berusaha menjaga pengelolaan kedua ciu menjadi alkohol murni melalui
dukungan dari teknologi yang disediakan. Etanol pada minuman khas Bekonang kemudian dikabarkan akan digerakkan sebagai a
bahan dasar energi terbarukan menggunakan judul bioetanol. Sayangnya, harapan ini lenyap karena tidak
nampaknya menjadi industri yang jelas dan menjanjikan. "Sekarang Desa Bekonang adalah tengah industri alkohol, bukan ciu," kata Sabar. Dia
Ingat bahwa pada saat itu hanya Suwandi membeli ciu dari warga Desa Bekonang yang membuat ciu dan memprosesnya untuk meningkatkan
kandungan alkohol Mengikuti kandungan alkohol yang cukup besar, Suwandi menjual produknya ke pebisnis di kota. Perusahaan ini
menawarkan kekayaan untuk Suwandi. Menurut Sabariyono ciunik terbuat dari limbah ciu yang dikenal dengan nama badhek yang berbentuk seperti kecap. Itu
Sampah kemudian dikumpulkan dan kemudian diolah menjadi pupuk yang dapat memperbaiki struktur tanah ini. Ciu dihasilkan dari gula
tebu molase dengan kandungan alkohol 30 persen. Tebu harus dilanjutkan melalui proses fermentasi atau fermentasi, dipanaskan
dan dikeringkan untuk akhirnya menjadi ciu. Prosedurnya memakan waktu kurang lebih lima hari. Tradisi arah ciu di Bekonang masih
bertahan hari ini Namun, karena tingginya biaya bahan baku dan prinsip keras, pengrajin ciu di dalam desa ini
tahun berkurang. Meski tidak ada sumber kuat dan pasti untuk munculnya Bekonang ciu, lebih tradisional lagi, ini
Konvensi pengelolaan minuman beralkohol lebih lazim terjadi karena perkembangan dan kinerja pabrik gula buatan Belanda,
seperti Pabrik Gula Tasikmadu yang dibangun pada tahun 1871.Baca juga: map ijazah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar